JENDELANUSANTARA.COM, New York — Arab Saudi menegaskan tidak akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel kecuali jika negara Palestina terbentuk dan perang di Gaza dihentikan. Sikap ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot di sela Konferensi Tingkat Tinggi Internasional tentang solusi dua negara, Senin (28/7), di Markas PBB, New York, Amerika Serikat.
“Bagi Kerajaan, pengakuan atas Israel sangat berkaitan erat dengan pembentukan negara Palestina,” ujar Pangeran Faisal ketika menjawab pertanyaan wartawan terkait kemungkinan Arab Saudi bergabung dalam Abraham Accords, perjanjian normalisasi diplomatik antara Israel dan sejumlah negara Arab yang diluncurkan pada 2020.
Pernyataan ini merupakan penegasan paling terang dari Riyadh dalam mengaitkan prospek hubungan resmi dengan Israel terhadap kemajuan solusi dua negara.
Pangeran Faisal menambahkan, dialog soal normalisasi tidak bisa dimulai selama perang dan penderitaan di Jalur Gaza masih berlangsung. “Tidak ada alasan, bahkan tidak ada kredibilitas, untuk membicarakan normalisasi di tengah kematian, penderitaan, dan kehancuran yang terus terjadi di Gaza,” katanya.
Dalam pernyataan lanjutannya, Pangeran Faisal menyebut bahwa inisiatif dialog baru mungkin bisa dimulai bila ada kemajuan signifikan menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. “Jika hal itu telah terwujud, maka tentunya kita bisa berbicara tentang normalisasi,” ujarnya.
Konferensi internasional yang diselenggarakan bersama Arab Saudi dan Prancis ini bertujuan membangun kembali konsensus global atas solusi dua negara sebagai jalan keluar damai atas konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade. (ihd)













