Dalam pidatonya yang berdurasi sekitar 19 menit, Prabowo mengawali dengan menekankan kesetaraan umat manusia sebagaimana termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948. Ia mengingatkan bahwa di tengah kemajuan ilmu pengetahuan, dunia masih dihadapkan pada ketidakadilan, konflik, dan diskriminasi. Indonesia, kata dia, memahami penderitaan itu karena pernah mengalami penindasan kolonial selama berabad-abad.
Prabowo menegaskan, Indonesia tetap berkomitmen pada multilateralisme dan siap berperan aktif menjaga perdamaian dunia. Ia menyebutkan kesediaan Indonesia mengerahkan hingga 20.000 personel pasukan perdamaian bila dibutuhkan, termasuk di Gaza, Ukraina, Sudan, maupun Libya. Selain kontribusi personel, Indonesia juga bersedia memberi dukungan finansial untuk misi PBB.
Selain isu perdamaian, Prabowo menyoroti upaya Indonesia menjawab tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim. Ia menyebutkan, Indonesia kini mencapai swasembada beras dan mulai mengekspor ke negara lain, termasuk Palestina. Di sisi lain, Indonesia tengah membangun ketahanan iklim melalui reforestasi 12 juta hektar lahan terdegradasi serta transisi energi menuju energi terbarukan. Target net zero emission dipatok pada 2060 atau lebih cepat.
Pidato ditutup dengan penegasan dukungan penuh Indonesia pada solusi dua negara. Menurut Prabowo, perdamaian sejati hanya dapat dicapai bila Palestina merdeka diakui, sementara Israel dijamin keselamatannya. “Dua keturunan Ibrahim harus hidup dalam rekonsiliasi, perdamaian, dan harmoni. Kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia,” ujarnya.
Ini merupakan pidato kedua Prabowo di PBB. Sehari sebelumnya, ia juga tampil dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina yang menekankan urgensi implementasi solusi dua negara. (rih)













