JENDELANUSANTARA.COM, Jakarta – Ketika kalender tenis dunia mendekati pekan paling prestisius, Wimbledon tidak hanya dihiasi rivalitas dan performa atlet, tetapi juga kekhawatiran akan keamanan para pemain. Salah satu nama yang kembali menjadi sorotan adalah Emma Raducanu, juara US Open 2021, yang belakangan menghadapi pengalaman tak menyenangkan dari penggemar yang menunjukkan obsesi ekstrem.
Menurut laporan BBC, seorang pria yang sebelumnya pernah dikenai restraining order karena perilaku obsesif terhadap Raducanu dilaporkan mencoba membeli tiket pertandingan Wimbledon 2025 melalui sistem undian publik. Namun, upaya itu digagalkan oleh panitia setelah dilakukan penyaringan menyusul insiden yang terjadi di Dubai pada Februari lalu.
Dalam insiden tersebut, Raducanu sempat dihampiri pria itu di sebuah kedai kopi di Dubai, hanya sehari sebelum ia harus bertanding di Dubai Tennis Championships. Gangguan itu diduga memengaruhi mentalnya saat bertanding, terlihat dari ekspresinya yang emosional di tengah pertandingan.
Raducanu bukan satu-satunya yang mengalami gangguan semacam ini. Dalam turnamen Miami Open bulan Maret lalu, petenis putri nomor satu dunia Iga Swiatek juga sempat dihampiri penonton tak dikenal saat sesi latihan. Rangkaian kejadian ini semakin menegaskan urgensi peningkatan sistem keamanan di ajang-ajang besar, terutama dalam rangkaian WTA Tour.
Merespons situasi tersebut, penyelenggara Wimbledon, All England Lawn Tennis Club (AELTC), menggandeng lembaga keamanan elite seperti Kepolisian Metropolitan London, National Protective Security Authority (NPSA), hingga firma Theseus Fixated Risk Management, yang dikenal berpengalaman dalam menangani individu dengan obsesi ekstrem terhadap figur publik.
“Keselamatan pemain adalah prioritas tertinggi kami,” ujar juru bicara AELTC dalam rilis resminya. Tim keamanan Wimbledon kini dilengkapi mantan personel kepolisian serta petugas deteksi perilaku yang secara aktif mengawasi gerak-gerik mencurigakan di dalam area pertandingan.
Raducanu sendiri sempat mengungkapkan kepada media bahwa ia merasa tak bebas bergerak di tempat umum di Inggris. “Kadang saya sampai sakit leher karena terus-menerus menunduk dan mengenakan topi saat berada di luar rumah,” katanya. Pada 2022 lalu, seorang pria bahkan dilaporkan berjalan sejauh 37 kilometer ke rumah keluarganya, yang berujung pada penahanan hukum selama lima tahun.
Pekan ini, Raducanu tidak berlaga karena sedang dalam masa pemulihan cedera punggung yang diderita saat kalah dari Zheng Qinwen di Queen’s Club. Meski begitu, ia optimistis bisa tampil dalam Lexus Eastbourne Open pekan depan, sebagai pemanasan menuju Wimbledon yang dijadwalkan dimulai pada 30 Juni 2025.
Raducanu, yang tahun lalu mencapai babak keempat di Wimbledon, tetap menjadi ikon harapan tuan rumah. Namun di balik sorotan lampu lapangan rumput London, ada pertanyaan yang lebih besar: sejauh mana dunia olahraga bisa melindungi para atletnya dari penggemar yang tak tahu batas?
Catatan Tambahan
Wimbledon akan digelar pada 30 Juni–13 Juli 2025.
Laporan Women in Sport (2024) menyebutkan bahwa 1 dari 4 atlet profesional wanita di Eropa pernah mengalami gangguan langsung dari penggemar yang obsesif.
Kerja sama dengan firma keamanan independen seperti Theseus Fixated Risk Management telah dilakukan AELTC sejak 2022.
(ihd)