Kemarau Dimulai Bertahap, BMKG Peringatkan Cuaca Lebih Panas Pascalebaran
JENDELANUSANTARA.COM, Jakarta — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa periode pasca-Lebaran tahun ini akan menjadi awal dari musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Dengan berakhirnya fenomena La Nina dan kondisi netral iklim global, suhu panas diperkirakan meningkat secara signifikan sepanjang April hingga semester kedua 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, berakhirnya La Nina menandai kembalinya pola musim kemarau secara normal. “La Nina telah berakhir. Artinya, musim kemarau akan normal. Semoga cuaca kondusif,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis yang dikutip Minggu (13/4/2025).
Berdasarkan pemantauan BMKG, Indeks Osilasi Samudra Hindia (IOD) berada pada kategori netral dengan nilai -0,31, sementara anomali suhu muka laut (SST) di wilayah Nino 3.4 juga mencerminkan kondisi El Nino–Southern Oscillation (ENSO) yang netral dengan indeks 0,30. Kedua kondisi ini diprediksi bertahan hingga akhir 2025.
Musim kemarau sendiri mulai berlangsung bertahap sejak Maret dan diperkirakan terus berkembang hingga Mei. Wilayah yang lebih dulu mengalami transisi musim meliputi bagian timur Lampung, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pada Mei, kemarau meluas hingga sebagian besar Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, serta Papua bagian selatan.
Dwikorita mengimbau agar sektor pertanian dan kebencanaan melakukan langkah antisipatif. Di antaranya penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas tahan kering, dan optimalisasi pengelolaan air. Sementara itu, di daerah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih basah, perluasan lahan sawah dinilai dapat menjadi peluang peningkatan produksi.
“Perlu diwaspadai pula potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah yang mengalami curah hujan normal hingga di bawah normal,” katanya.
Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan, kemarau tahun ini berlangsung dalam kondisi iklim global yang relatif netral. Dengan demikian, musim kemarau 2025 diperkirakan tidak sekering 2023 yang sempat diwarnai banyak kebakaran hutan. Secara umum, pola musim diprediksi serupa dengan tahun 2024.
“Jadi, walau tidak ada dominasi iklim global seperti El Nino atau La Nina, beberapa wilayah tetap berpotensi mengalami hujan di atas normal, khususnya pada musim kemarau yang sifatnya tidak seragam,” ujar Ardhasena.
BMKG akan terus memperbarui informasi cuaca dan iklim agar masyarakat dan pemangku kepentingan dapat merespons dengan tepat terhadap dinamika iklim yang terjadi. (ihd)